Mengapa Vertical Garden Gagal ?

Seiring dengan berkembangnya bidang pertamanan yang sejalan dengan pesatnya pertumbuhan properti skala nasional, mendorong para pengusaha bidang pertamanan maupun retail tanaman hias berlomba untuk mendapatkan order taman. Berkembangnya landscape yang saat ini menjadi trend yaitu ide taman vertikal atau vertical garden semakin banyak diminati pebisnis taman apalagi bidang ini cukup menjanjikan keuntungan yang significant.

Bahkan konsumen pun bebas memilih untuk menentukan siapa yang sanggup membuat vertical garden dengan kualitas bagus namun harga murah/kompetitif. Adanya peningkatan permintaan tentu akan mempengaruhi harga di pasaran pemain taman. Terkadang demi mengejar keuntungan semata orang yang biasa bahkan masih awam tentang ilmu vertical garden ini pun berani menawarkan harga yang tidak realistis demi mendapatkan orderan.

Misalkan Harga kompetitif di pasaran yang berkisar 1,5 – 1,8 jt /per m2 saat ini banyak yang menawarkan harga 1 juta per m2 tentunya ditambah tawaran tawaran lain yang menarik konsumen. Sebagai konsumen yang kebanykan awan masalah taman vertikal otomatis lebih tertarik dan memilih kepada vendor yang lebih murah tanpa berpikir panjang untuk kelangsungan vertikal garden yang telah dipesannya.

Tentu kita bisa menebak akibatnya bukan….

Baru berjalan 1 tahun saja sdh sering terdengar keluhan dari para klien yang telah memasang vertical garden baik dirumahnya, kantor , gedung, maupun tempat lainnya. Mereka mengklaim tanaman tidak cocok, system tidak pakem, kurang ini dan itu sehingga berita negatif vertical garden lebih mudah tersebar. Hal ini menjadi preseden buruk bagi bidang pertamanan oleh pelaku siapa pun bahwa vertical garden sangat beresiko tinggi dan tidak awet.

Melihat fakta ini ada beberapa hal yang perlu kita cermati karena kenyataan kenyataan yang sering terjadi dilapangan yang dapat menimbulkan kegagalan vertical garden:

  1. Kecerobohan pelaksana lapang dalam membuat setiap tahapan pemasangan vertikal garden mulai dari pemasangan struktur, media, instalasi maupun cara penanaman yang asal cepat jadi.
  2. Kurangnya ilmu yang memadai dan pengalaman yang cukup pihak vendor dalam melakukan bisnis vertikal garden , mulai dari pemilihan jenis tanaman, karakter tanaman , dan pengetahuan tentang system irigasi.
  3. Pelayanan purna jual yang buruk , memandang pekerjaan hanya selesai setelah proyek berakhir tanpa melakukan perawatan dan control yang rutin.
  4. Tidak memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen sehingga mulai dari material dasar sampai tanaman dipilihkan tanaman tanaman yang belum cukup umur maupun material yang paling murah dipasaran hanya untuk memperoleh kelebihan keuntungan materi semata.